Mungkin ini adalah pertama kali saya menulis kembali di blog pribadi semenjak merantau di Australia. Sibukkah saya? Mungkin iya. Tapi sebenarnya ada beberapa minggu bahkan bulan jeda antara orientasi dengan kuliah. Pertanyaan selanjutnya, seberapa antusias saya belajar di Australia?. Jawabannya jelas sangat antusias. Kemudian beberapa rekan imajiner saya bertanya, sulitkah kuliah di western culture?.
Pertanyaan yang sebenarnya teman-teman scholar lain akan setuju menjawab "ABSOLUTELY!". Mungkin pendapat saya akan berbeda dengan rekan scholar lainnya, meskipun mereka satu universitas dengan saya. Tapi pada umumnya saat semester dimulai artinya teman-teman dan mungkin mahasiswa lain sangat 'terlihat' sibuk. Ini dapat diindikasikan dengan jarangnya mereka 'menikmati hidup', bahkan saat weekend sekalipun. Frankly speaking, sebenarnya kuliah di Australia tidak susah-susah amat. Materinya juga tidak terlalu mengerikan. Mungkin yang menjadi kendala mencerna materi kuliah hanya bahasa.
So, kenapa bisa dikatakan kuliah di Australia dan western countries lainnya bisa dikatakan susah?. Mungkin cuma satu kata untuk menjawab pertanyaan di atas yaitu ASSIGNMENTS. Sadar tidak kalau saya menulis agak beda?. Apa coba?. Huruf capital?. Obviously, yes I did. Bisa lebih teliti lagi?. Ahaaa....benar saya menambahkan S dibelakang ASSIGNMENT. Iya benar sekali bahwa pendidikan tinggi di Australia dipenuhi dengan tugas yang bisa dibilang tidak manusiawi. Dan kabar baiknya (namun bagi sebagian orang buruk) adalah the assignments ini mendapatkan porsi yang luar biasa besar misalnya 50% dari total grade. Kembali membahas tugas yang 'tidak manusiawi', awalnya saya lega ketika melihat sekilas spesifikasi tiap unit yang saya ambil. Tiap unit hanya ada dua atau maksimal tiga assignment tiap semester. Lega tersebut sirna ketika seiring dengan semester berjalan, setiap assignment beranak pinak. Misalnya unit A yang dikatakan cuma dua tugas, ternyata tiap tugas ada empat sub-tugas (bukan soal ya, tetapi sub-tugas). Most likely sih jika saya ambil empat unit dalam satu semester, roughly, saya memiliki total enam belas tugas. Ternyata kesulitan dari assignment tidak hanya berhenti sampai kuantitas tugasnya, namun masalah nyata dalam tugas di universitas adalah soal yang diberikan cukup mendalam. Belum lagi seperti saya yang mempunya background akuntansi yang kuat, sangatlah berjibaku dengan unit yang bersifat teknis misalnya java programming dan database sql. Iya benar anda tidak salah dengar, saya seorang 'nekater' yang kuliah S2 dengan berlandaskan background yang sama sekali tidak berkaitan dengan unit yang saya ambil di S2.
Bagaimana ceritanya saya masih bisa bertahan?. Lucunya saya menemukan metode ini secara tidak sengaja. Saya memperlakukan setiap assignment yang saya kerjakan sebagai latihan untuk ujian. Latihan dengan tujuan saya akan mengerti dengan mengerjakan tugas-tugas tersebut. Hal ini mungkin tidak disadari telah membentuk kita from scratch into something. Apakah saya menjadi terbebas dari ketidaktahuan terhadap materi kuliah?. Tidak juga, namun setidaknya dengan harapan kita bisa menyelesaikan tugas dengan baik, kita 'diperkosa' untuk tahu. Sekarang saya sadar bahwa saya adalah sebuah SPONGE yang menyerap pengetahuan dari 'kesulitan' yang bernama ASSIGNMENT. It is impossible to master every single knowledge, but at least we are not a scratch anymore. Bagaimana dengan grade?. Sejauh ini tidak mengecewakan. Percayalah, kalau kita berangkat sekolah dengan niat seadanya, sering kali semangat kita juga seadanya, padahal apa yang akan kita kalahkan tidak sehebat yang kita dengar. Jangan percaya jika kakak kelas bicara "kalau you kuliah di LN, grade credit itu udah bagus, pass sudah cukup". Please saya tidak mau mengajarkan untuk menjadi sombong, namun bagaimana mungkin kalau kita sudah kalah dalam pikiran sebelum mengalahkan hal yang belum kita hadapi langsung?. Jangan membatasi kapasitas anda sendiri. Lakukan yang terbaik, baru kita lihat hasil panen seperti apa yang akan kita dapat. It is not such a big deal, kalau sudah berusaha keras namun nilai kita masih biasa-biasa saja. Namun alangkah sayangnya jika sebelum berusaha keras, kita sudah membatasi kapasitas kita.
Okay, tanpa berbusa-busa saya akan melanjutkan menyelesaikan tugas-tugas yang telah menanti. Sekali lagi tulisan ini bukan bertujuan untuk menjadi lebih tau dari orang lain. Tulisan ini juga bukanlah hal yang paling benar dari yang lain. Opini yang baik adalah opini yang disampaikan. Sebaliknya opini yang buruk adalah opini yang tidak tersampaikan.
0 comments:
Post a Comment