Apakah
perjuanganku sampai di sana? Tentu tidak saudara, masih ada cerita sequelnya. Karena perasaan penasaran dan tidak terima,
aku memutuskan di tahun 2012 aku harus berjuang lagi untuk mengejar beasiswa.
Apa pilihan tahun 2012? Ternyata stay the same, ADS!. Apa yang membuat aku
begitu bandel dengan pilihan mengejar ADS? Bisa jadi karena aku malu dengan
rekan-rekan sekantor, bisa jadi karena penasaran, bisa jadi karena tidak terima
atas penolakan, atau bisa jadi nama tengahku adalah "kepala batu".
Entahlah semua perasaan waktu itu sangat bercampur, susah
mengidentifikasikannya. Daripada bosan dengan cerita prosesnya bagaimana, aku
klik tombol skip aja yah. Hampir mirip prosesnya dengan tahun 2011, tapi tahun
2012 ini seleksi internal diganti menggunakan tes TPA dan Psikotest, Luar
Biasa! Yang lebih luar biasa lagi proses seleksi ini bentrok dengan jadwal
short course di Sg! Kesel? Banget!
Proses
ADS 2012 kali ini aku lebih calm, tidak se-excited tahun sebelumnya. Karena
sudah tahu step-stepnya lebih konsentrasi kepada materi aplikasi. Form Aplikasi
aku perbaiki, CV dibuat lebih menarik, dan Pilihan studi aku rubah. Form
Aplikasi lebih aku tekankan pada future position dan apa yang akan aku
kontribusikan di masa depan. Benefit dari ADS aku sebutkan tanpa pada
Me-Sentris. CV aku permak dari segi isi, grammar, dan bahkan layout. Akhirnya
aku murtad dari pilihan studi akuntansi (yang merupakan background pendidikanku)
beralih menjadi Information Systems. Aku menebak bahwa aplikasi yang
menjanjikan, profil diri yang bagus, serta pilihan studi yang tidak tepat akan
membantu aku untuk lolos.
Puji
Tuhan 2012 aku masuk shortlisted candidate. Excited? Biasa saja karena tahun
lalu aku juga mengalaminya, emosi mungkin semakin menurun. Bahkan menurutku
perasaan over-excited dapat menjadi bumerang. Kandidat lain mungkin orang yang
luar biasa di bidang akademis sedangkan aku orang biasa. Kandidat lain mungkin
memiliki kemampuan bahasa inggris yang luar biasa, sedangkan kemampuanku biasa
saja. Ini bukan perasaan minder ataupun menyerah. Ini adalah perasaan mengukur
kemampuan diri sebelum berkompetisi. Jika kandidat lain memiliki nilai akademis
yang bagus dan kemampuan bahasa inggris yang baik, apa yang bisa aku jual dalam
wawancara? Pikiran inilah yang terngiang dalam kurun waktu November 2012 s.d
Januari 2013. Aku ingat quote ex atasanku (Mr. Rendi) "Jika kamu belum
bisa menjadi terbaik, jadilah yang berbeda". Bahkan aku secara tidak
sengaja membaca quote dari Bill Gates seperti ini "If you can't make it
good, at least make it look good.". Kedua quote inilah yang memacu
semangatku untuk berusaha mendapatkan beasiswa meskipun kompetitorku lebih
berkualitas.
25
Desember 2012 aku mengunjungi my grandpa di Malang Selatan. Satu hal yang
menarik adalah aku bertemu dengan sang "Legenda". Sang
"Legenda" itu adalah Omku (sepupu dari Papa) bernama Totok. Beliau
mungkin seumuran mamaku, cacat sejak kecil karena sakit panas. Om Totok susah
untuk berbicara, tidak bisa berjalan (seperti polio), dan tangannyapun tidak
bisa memegang dengan sempurna. Kacamata tebal menghiasi wajahnya, hidup sangat
sangat sederhana sekali banget (penggunaan kata ini lebih sopan namun tidak
mencerminkan keadaan sebenarnya). Apa yang menjadikan beliau legenda? Dengan
keterbatasan fisiknya, beliau pernah menggunakan sepeda yang beliau desain
sendiri, mengayuh (dengan tangan) dari Malang Selatan Menuju Solo dan Finish di
Kudus. kira-kira 1 Bulan adalah waktu tempuhnya. Jangan tanya menginap dimana
dan siapa yang membantu, hal tersebut memang jauh dari nalar orang sehat.
Semangatnya menginspirasiku untuk berjuang mendapatkan tiket ADS ini. Mungkin
beliau orang yang terbatas fisiknya, namun tidak peduli berapa lama sampai ke
tempat tujuan, beliau tetap sampai juga. Ini bukan masalah waktu tempuh, tapi
tujuan. Bagi beberapa orang superb mungkin akan sekali "gowes" untuk
meraih tiket ADS, namun aku bukan mereka, bukan orang superb. No Matter how
long does it take, my short term destination is ADS.
Hari
besar itupun datang juga, yah hari wawancara. I were there last year, and
failed. Tapi karena mungkin karena semua materi sudah aku rangkum dalam
presentasi, aku tidak begitu takut. Interviewer ku ada 2 orang (1 Australian
Lady dan 1 Indonesian Gent). Mereka adalah akademisi dan biasanya seorang
profesor. and Guess it! Salah satu interviewer ku adalah pengamat politik dan
peneliti LIPI yang cukup terkenal sering melemparkan kritikan tajam kepada
pemerintah, Mr. Ikrar Nusa Bakti. Luar Biasa Hariku! Dalam hati aku mendesah
"it will be not easy". Normalnya wawancara adalah interviewer
mengendalikan kita dan mereka menggali informasi penting dari kita. Aku sadar
kemampuan bahasa inggris aktifku cukup mengenaskan, aku bahkan bisa saja stuck
at the moment, dan robohlah panggungku. Telintas dipikiranku aku harus
menguasai pewawancara bukan sebaliknya, namun dengan langkah halus tentunya.
Karena pemikiran tersebut aku putuskan sebelum wawancara aku menyiapkan
presentasi tentang teori studi, keterlibatanku dalam sebuah tim, Masalah yang
terjadi dalam institusi (terkait dengan studi dan keterlibatan dalam tim),
Solusi, Bagaimana posisiku dalam pemecahan masalah tsb, Pilihan studi dan
alasannya, dan jawal kuliah. Aku cukup "berjudi" untuk memutuskan
membuat presentasi ini, karena aku tidak tahu apakah hal ini diperbolehkan atau
tidak. Setidaknya strategi ini dapat mengarahkan pertanyaan demi pertanyaan
sesuai dengan skenarioku.
Hasilnya?
Februari 2013 adalah momen dimana aku mendapatkan email yang di awali
"Congratulation". Apa tipsnya? Mungkin hal sederhana saja : tampil
beda dan tricky. Mungkin hal inilah yang membuat interviwer tertarik kepadaku
dan memilih aku. Dan perjuangan 2 tahun itu berbuah manis, setiap kerja keras
pasti ada hasilnya. Namun aku sangat sadar ini bukan destinasi terakhir, apalah
artinya meraih beasiswa tanpa berhasil lulus dan meraih sertifikat dari
universitas?Anda tertarik mengejar beasiswa? Just do it! Klik disini
0 comments:
Post a Comment