Tak pernah terbersit dipikiranku untuk
kuliah. Bayangkan saja SMA saja hampir tidak memiliki dana untuk sekolah karena
masalah "ekonomi domestik". Luar biasanya kedua orang tuaku
memperjuangkan pendidikanku bahkan sampai kuliah D3. Puji Tuhan aku sudah ada
di bagian tangga bernama Sarjana. Mungkin gelarku lebih tepat disebut SST dari
pada SE. SST aku definisikan bebas sebagai Sarjana Setengah Tua, pantaslah aku
meraihnya pada usia 27. Tanpa berniat menyodorkan sebuah alibi,
"perjalanan" edukasiku memang cukup panjang, setelah SMA aku
beruntung bisa masuk ke D3 kedinasan karena alasan "ekonomi
domestik". Setelah lulus D3 aku harus "mengabdi" kepada institusi
yang membiayai sekolah aku. Melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi normalnya
harus menunggu 2 tahun setelah ada penempatan definitif di intitusi. Namun ada
juga rekan-rekanku yang masuk kategori "Abnormal" yang bisa langsung
berkesempatan melanjutkan pendidikan di jenjang D4 tanpa harus bekerja dahulu.
Puji Tuhan aku masih "Normal".
Dengan
kondisi menikah dan memiliki tanggungan, alangkah naifnya jika aku berpikir
untuk melanjutkan studi dengan biaya sendiri. Kuliah ekstensi S1 masih terjangkau
secara biaya, apalagi ketika itu aku belum menikah. Kembali ke "salam
pembuka" ku, bahwa pendidikan tinggi adalah beyond my imagination. Tapi
lucunya namanya manusia aku jadi tergoda untuk coba-coba bermimpi melanjutkan
pendidikan. Layaknya Eve yang tergoda dengan bujuk rayu ular di Eden, bahwa
pohon yang ada di tengah-tengah taman tersebut buahnya sangat lezat dan
berkhasiat. Apalagi setiap bulan April pada tiap tahun muncul pengumuman
penawaran beasiswa.
ADS layaknya buah yang menggairahkan dilihat.
Program beasiswa bernama Australian Development Scholarship adalah beasiswa
yang diberikan pemerintah Australia kepada masyarakat Indonesia untuk
melanjutkan studi S2 dan S3 di universitas Australia. Tertarik? Tentunya, siapa
yang tidak senang dibiayai dalam studi?. Kenapa ADS? Mudah saja, karena sifat
beasiswa ADS adalah Grant instead of Loan. Di institusiku memang ada beberapa
beasiswa ditawarkan tapi kebanyakan sifatnya loan alias pinjaman. Berapa lagi
uang yang harus Indonesia keluarkan? Ah sudah terlalu banyak hutang negara ini.
Percobaan mengejar ADS ku dimulai dari tahun
2011. Diawali dengan pendaftaran melewati institusiku (karena institusi dimana
aku bekerja adalah Key Agency dari Australian Scholarship). Banyak sekali
berkas yang harus aku siapkan mulai dari legalisasi ijazah dan transkrip
(Indonesia maupun Bahasa Inggris), Legalisasi Akta Kelahiran, Surat Rekomendasi
Atasan, Surat Pernyataan Kandidat, Surat Penilaian Atasan, Formulir pendaftaran
internal, Statement of Purpose, dan sertifikat TOEFL. What a Biro-crazy insn't
it? Setelah memasukkan berkas ke institusi tibalah namanya tes internal berupa
assessment kandidat. Assessment kandidat ini mirip presentasi singkat kepada
BOD institusi dan ada beberapa tes psikologi. Setelah sekitar 2 bulan keluarlah
hasil assessment tersebut. Sudah diterimakah aku? Belum, setelah lulus
assessment internal, aku sudah bisa disebut ADS Candidate from Key Agency, yang
artinya aku berhak "mewakili" intitusiku untuk berjuang sendiri di
seleksi ADS. FYI: biasanya dari 4000 an pelamar akan diseleksi atau shortlisted
menjadi sekitar 750 kandidat. 750 Shortlisted candidates akan berhak untuk
mengikuti tes Wawancara dan IELTS untuk didapatkan sekitar 400an awardees untuk
menerima beasiswa ADS. Cukup panjang? JELAS, no doubt brother!. Singkat kata
setelah berjuang sepenuh hati dan keringat jrennngggggg tibalah pengumuman di
bulan Februari 2012. Bagaimana hasilnya? Luar Biasa saudara-saudara! Aku belum
lolos! Hahahaha perjuangan 9 bulan dengan level self-confidence tinggi menuai
hasil (pada waktu itu) sangat mengecewakan. Lelah dan Menguras Emosi, itulah
gambaran perjuangan 9 bulan ADS. Bayangkan ketika aku masih berstatus kandidat,
sudah bertebaran ucapan selamat dari rekan-rekan sekantor seraya bertanya
"kapan berangkat ke oz?". FYI: Bahkan ada kandidat ADS yang telah 5 kali percobaan. Luar Biasa!
0 comments:
Post a Comment